I. PENDAHULUAN
Ekosistem adalah asosiasi berbagai
jenis makhluk hidup (komunitas) dan lingkungan fisiknya yang dihubungkan oleh
aliran energy dan daur materi.
Beberapa
waktu terakhir media massa di Indonesia diwarnai kemuraman berita banjir dan
tanah longsor yang terjadi di beberapa daerah. Banjir akibat pasang air laut
yang terjadi di utara Jakarta belum surut ketika banjir menerjang Solo, Sragen,
Ngawi, Madiun, Ponorogo, Lamongan, Bojonegoro, dan Malang, dan tanah longsor
merenggut puluhan korban jiwa di Tawangmangu pada akhir Desember 2007. Entah
berapa besar kerugian yang harus ditanggung akibat bencana ini. Terhenyak rasanya
melihat kenyataan bahwa daerah yang tahun-tahun sebelumnya tidak dilanda banjir
pun saat ini diterjang banjir. Belum hilang pula dari ingatan kita banjir besar
yang melanda ibukota Jakarta awal Februari 2007 yang lalu yang menyebabkan
kerugian triliunan rupiah, kini awal Februari 2008 Jakarta pun kembali menjadi
kubangan raksasa. Sepertinya negeri ini tak putus-putusnya dilanda bencana.
Bencana banjir yang kejadiannya semakin meluas di negeri ini sesungguhnya
dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan diprediksi
sebab akibatnya. Ada banyak faktor penyebab banjir, diantaranya adalah
perubahan iklim dan ketidakseimbangan ekosistem akibat perilaku manusia yang
tidak bijaksana dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya.
Sebuah
ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi alam. Ekosistem
terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan abiotiknya seperti iklim, tanah,
air, udara, nutrien dan energi. Ahli ekologi sistem adalah mereka yang mencoba
menghubungkan bersama beberapa perbedaan aktifitas fisika dan biologi di dalam
suatu lingkungan. Penelitian mereka seringkali terfokus pada aliran energi dan
perputaran material-material yang ada di dalam sebuah ekosistem. Mereka
biasanya menggunakan komputer yang canggih untuk membantu memahami data-data
yang dikumpulkan dari penelitian di lapangan dan untuk memprediksi perkembangan
yang akan terjadi.
Para ahli ekologi mengkategorikan
elemen-elemen yang membentuk atau yang memberi efek pada sebuah ekosistem
menjadi 6 bagian utama berdasarkan para aliran energi dan nutrien yang mengalir
pada sistem:
1. Matahari
2. Bahan-bahan anorganik
3. Produsen
4. Konsumen Pertama
5. Konsumen Kedua
6. Pengurai
Sebuah ekosistem yang sederhana dapat digambarkan seperti
berikut. Matahari menyediakan energi yang hampir dibutuhkan semua produsen
untuk membuat makanan. Produsen terdiri dari tanaman-tanaman hijau seperti
rumput dan pohon yang membuat makanan melalui proses fotosintesis. Tanaman juga
membutuhkan bahan-bahan abiotik seperti air dan pospor untuk tumbuh. Yang
termasuk konsumen pertama diantaranya tikus, kelinci, belalang dan binatang
pemakan tumbuhan lainnya. Ular, macan dan konsumen kedua lainnya atau yang
biasa disebut dengan predator adalah pemakan binatang. Pengurai seperti jamur
dan bakteri, menghancurkan tanaman dan binatang yang telah mati menjadi
nutrien-nutrien sederhana. Nutrien-nutrien tersebut kembali ke dalam tanah dan
digunakan kembali oleh tanaman-tanaman.
Tingkatan-tingkatan energi yang berkesinambungan yang
berlangsung dalam bentuk makanan ini disebut rantai makanan. Di dalam sebuah
rantai makanan yang sederhana rumput adalah produsen, konsumen pertama seperti
kelinci memakan rumput. Kelinci selanjutnya dimakan oleh konsumen kedua
misalnya ular atau macan. Bakteri pengurai menghancurkan sisa-sisa rumput yang
mati, kelinci, ular, dan macan yang tidak termakan, sama halnya seperti
menghancurkan kotoran binatang.
Sebagian besar ekosistem memiliki suatu variasi produsen,
konsumen dan pengurai yang membentuk sebuah rantai makanan yang saling tumpang
tindih yang dinamakan jaringan makanan. Jaringan-jaringan makanan terutama
sekali terdapat di ekosistem wilayah tropis dan ekosistem lautan.
Beberapa spesies makan banyak jenis makanan tetapi ada juga
yang membutuhkan makanan yang khusus. Konsumen pertama seperti koala dan panda
terutama makan satu jenis tanaman. Makanan utama koala adalah eucalyptus dan
makanan utama panda adalah bambu. Jika tanaman-tanaman ini mati maka kedua binatang
tersebut juga ikut mati.
Energi yang berpindah melalui sebuah ekosistem berada dalam
sebuah urutan transformasi. Pertama produsen merubah sinar matahari menjadi
energi kimia yang disimpan di dalam protoplasma (sel-sel tumbuhan) di dalam
tanaman. Selanjutnya konsumen pertama memakan tanaman, merubah energi menjadi
bentuk energi kimia yang berbeda yang disimpan di dalam sel-sel tubuh. Energi
ini berubah kembali ketika konsumen kedua makan konsumen pertama.
Sebagian besar organisme memiliki efisiensi ekologi yang
rendah. Ini berarti mereka hanya dapat merubah sedikit bagian dari energi yang
tersedia bagi mereka untuk disimpan menjadi energi kimia. Contohnya
tanaman-tanaman hijau hanya dapat merubah sekitar 0,1 hingga 1 % tenaga
matahari yang mencapainya ke dalam protoplasma. Sebagian besar energi yang
tertangkap di bakar untuk pertumbuhan tanaman dan lepas ke dalam lingkungan
sebagai panas. Begitu juga herbivora atau binatang pemakan tumbuhan dan
karnivora binatang pemakan daging merubah energi ke dalam sel-sel tubuh hanya
sekitar 10 hingga 20 % dari energi yang dihasilkan oleh makanan yang mereka
makan.
Karena
begitu banyaknya energi yang lepas sebagai panas pada setiap langkah dari
rantai makanan, semua ekosistem mengembangkan sebuah piramida energi. Tanaman
sebagai produsen menempati bagian dasar piramid, herbivora (konsumen pertama)
membentuk bagian berikutnya, dan karnivora (komsumen kedua) membentuk puncak
piramida. Piramid tersebut mencerminkan kenyataan bahwa banyak energi yang
melewati tanaman dibandingkan dengan herbivora, dan lebih banyak yang melalui
herbivora dibandingkan dengan karnivora.
Di
dalam ekosistem-ekosistem daratan piramida energi tersebut menghasilkan sebuah
piramida biomasa (berat). Ini berarti bahwa berat total dari tanaman-tanaman
adalah lebih besar dibandingkan dengan berat total herbivora yang melampaui
berat total karnivora. Tetapi di dalam lautan biomasa (berat) tanaman-tanaman
dan binatang-binatang adalah sama.
Ahli-ahli
ekologi mengumpulkan informasi pada sebuah piramida biomasa pada Isle Royale.
Mereka meneliti hubungan piramida diantara tanaman, rusa dan serigala. Dalam
sebuah penelitian mereka menemukan bahwa diperlukan tanaman seberat 346 kg
untuk makanan rusa seberat 27 kg. Rusa seberat inilah yang diperlukan untuk makanan
serigala seberat 0,45 kg.
Perputaran material-material
Semua
benda hidup terdiri dari unsur-unsur kimia tertentu dan senyawa-senyawa kimia.
Diantaranya adalah air, karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, fospor dan sulfur.
Semua material-material ini berputar melalui ekosistem secara terus menerus.
Perputaran fospor misalnya, semua organisme membutuhkan fospor. Tanaman
mengambil senyawa fospor dari dalam tanah dan binatang memperoleh fospor dari
tanaman dan binatang lainya yang dimakan. Pengurai mengembalikan fospor ke
dalam tanah setelah tanaman dan binatang mati.
Di alam ekosistem-ekosistem yang tidak terganggu jumlah
fosfor adalah tetap, tetapi ketika sebuah ekosistem terganggu terutama oleh
aktifitas manusia, fospor seringkali bocor keluar. Hal ini akan mengurangi
kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan tanaman. Salah satu contoh adalah
ketika manusia merubah hutan menjadi lahan pertanian. Dengan tidak adanya hutan
yang melindungi maka fospor hanyut bersama tanah dan tersapu ke dalam sungai
atau danau. Hal ini sangat mengganggu pertumbuhan algae. Pada akhirnya fospor
terjebak di dalam endapan lumpur di dasar danau atau lautan. Karena kehilangan
fospor maka petani harus membeli pupuk yang mahal untuk mengembalikan unsur
fospor tersebut kedalam tanah
Perubahan ekosistem muncul setiap hari, secara musiman dan
ketika terjadi suksesi (peralihan) ekologi sepanjang masa. Kadangkala perubahan
terjadi secara berulang-ulang dan secara mendadak, seperti ketika terjadi
kebakaran hutan atau ombak tsunami yang menyapu pantai. Perubahan yang paling
terjadi dari hari ke hari terutama pada lingkaran nutrien, yang tidak kelihatan
sekali, ekosistem-ekosistem kelihatannya cenderung stabil. Kestabilan yang
nyata diantara tanaman dan binatang dan lingkungannya disebut keseimbangan
alam.
II.
TUJUAN
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis ekosistem yang
ada di bumi serta untuk mengetahui cara bagaimana agar jenis-jenis ekosistem
ini dapat dijaga dengan baik.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem
darat dan ekosistem perairan.
1. Ekosistem Daratan.
Ekosistem darat ialah ekosistem yang
lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis
lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai
berikut.
a) Bioma gurun
Di gurun
dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan
kalajengking.
b) Bioma padang rumput
Tumbuhan
yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya
tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing
liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
c) Bioma Hutan Basah
Dalam
hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus,
dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi
hutan, harimau, dan burung hantu.
d) Bioma hutan gugur
Terdapat
di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis
pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa,
beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
e) Bioma taiga
Biasanya
taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus,
dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
f) Bioma tundra
Contoh
tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan
kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi
dengan keadaan yang dingin. Hewan yang
hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas,
semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang
tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk
dan lalat hitam.
Ekosistem perairan dibedakan atas
ekosistem air tawar, ekosistem air Laut, ekosistem estuary (muara), ekosistem
pantai, ekosistem sungai, ekosistem terumbu karang, ekosistem laut dalam dan
ekosistem lamun.
a) Ekosistem
Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
b) Ekosistem
Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Hewan yang bisa dijumpai di laut antara lain, ikan hiu, paus, ikan tuna, dll.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerah termoklin. Hewan yang bisa dijumpai di laut antara lain, ikan hiu, paus, ikan tuna, dll.
c) Ekosistem
Estuari (Muara)
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawagaram. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi . Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan sembilang.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawagaram. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi . Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan sembilang.
d) Ekosistem
Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya. Hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah hutan mangrove hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang.
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya. Hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah hutan mangrove hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang.
e) Ekosistem
Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan gurame, kura-kura, ular dan buaya
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan gurame, kura-kura, ular dan buaya
f) Ekosistem
Terumbu Karang
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
g) Ekosistem Laut Dalam (Deep Sea)
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu. Laut dalam merupakan daerah yang tidak dapat tertembus oleh sinar matahari, sehingga suasana pada kedalaman tersebut adalah gelap, kemudian pada kedalaman tersebut tekananb ertambah dan suhu airpun menurun. Zona yang demikian disebut “Twilight Zone”. Pada zona ini semua hewan laut terlihat transparan atau tembus pandang, hal tersebut merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup makhluk-makhluk laut agar tidak dengan mudah dimangsa. Oleh sebab itulah pada “Twilight Zone” sebisa mungkin hewan-hewan laut untuk tidak terlihat, terutama oleh pemangsa. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.
h) Ekosistem Lamun (Seagrass)
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut, seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp., Linckia sp.), dan cacing Polikaeta. Tumbuhan lamun ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti hal nya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
g) Ekosistem Laut Dalam (Deep Sea)
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu. Laut dalam merupakan daerah yang tidak dapat tertembus oleh sinar matahari, sehingga suasana pada kedalaman tersebut adalah gelap, kemudian pada kedalaman tersebut tekananb ertambah dan suhu airpun menurun. Zona yang demikian disebut “Twilight Zone”. Pada zona ini semua hewan laut terlihat transparan atau tembus pandang, hal tersebut merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup makhluk-makhluk laut agar tidak dengan mudah dimangsa. Oleh sebab itulah pada “Twilight Zone” sebisa mungkin hewan-hewan laut untuk tidak terlihat, terutama oleh pemangsa. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.
h) Ekosistem Lamun (Seagrass)
Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut, seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp., Linckia sp.), dan cacing Polikaeta. Tumbuhan lamun ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti hal nya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari
luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
- Bendungan
- hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
- agroekosistem berupa sawah tadah hujan
- sawah irigasi
- perkebunan sawit
- ekosistem pemukiman seperti kota dan desa· ekosistem ruang angkasa.
Lingkungan
dan Ekosistem
Menurut Associated Programme on Flood Management
(2006), lingkungan terdiri dari unsur-unsur udara, air, tanah, sumberdaya alam,
flora, fauna, manusia dan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut. Pada suatu
sistem sungai, kondisi lingkungan dari suatu bantaran sungai atau bantaran
banjir ditentukan oleh iklim, karakteristik fisik dan regim aliran sungai yang
terbentuk, berbagai ekosistem penyusunnya, dan perlakuan manusia terhadap
bantaran sungai tersebut. Sedangkan ekosistem adalah suatu sistem yang dinamis
dari tumbuhan, binatang, dan kelompok mikroorganisme serta lingkungannya yang
berinteraksi sebagai kesatuan fungsional. Selain itu, sebuah ekosistem
mempunyai struktur atau organisasi yang dibentuk oleh komponen-komponen hayati
dan non-hayati yang berinteraksi secara berbeda. Makin banyak jumlah elemen
dalam suatu sistem yang mencakup ekosistem dan interaksi yang saling
menguntungkan, maka gangguan yang terjadi dalam suatu ekosistem akan makin
efektif untuk diseimbangkan. Sehingga, ekosistem sebenarnya dapat kembali ke
kondisi awalnya setelah terjadi gangguan, namun pada saat yang sama akan sulit
untuk diciptakan kembali jika sudah telanjur rusak. Oleh karena itu sangatlah
penting upaya untuk memahami sekaligus melindungi struktur dan fungsi dari
ekosistem yang kompleks seperti ekosistem hutan, pantai, rawa dan sungai untuk
mengurangi bencana banjir dan tanah longsor.
Ekosistem
dan Manusia
Menurut Millenium Ecosystem Assessment (2005),
manusia mendapatkan banyak manfaat dari jasa yang diberikan oleh ekosistem yang
meliputi jasa penyediaan, jasa pengaturan, dan jasa kultural. Jasa penyediaan
oleh ekosistem adalah produk yang diperoleh dari ekosistem seperti makanan,
serat, bahan bakar, obat-obatan alami, sumber air, dan biokimia. Sedangkan jasa
pengaturan oleh ekosistem antara lain adalah pengaturan aliran air pada sistem
sungai melalui proses limpasan dan pengisian kembali cekungan air tanah. Jika
suatu ekosistem sungai tidak dipelihara dengan baik, maka fungsinya akan
terganggu, sehingga akan mengurangi service yang diberikan dan akan mengubah
respon terhadap regim aliran sungai yang sangat dipengaruhi oleh perubahan
kapasitas penampungan air. Sebagai contoh, suatu bantaran sungai yang sudah
beralih fungsi menjadi tempat sampah atau pemukiman akan mengurangi kapasitas
penampungan sungai tersebut, sehingga tidak bisa lagi berfungsi untuk
mengalirkan air saat debit puncak pada musim hujan. Hal ini juga berlaku untuk
ekosistem hutan dan ekosistem pantai. Suatu ekosistem pantai yang terdiri dari
hutan bakau dan terumbu karang yang terpelihara dengan baik memberikan jasa berupa
pengaturan intensitas dan pengurangan resiko kerusakan akibat bencana gelombang
pasang. Hutan yang terjaga dengan baik di hulu suatu daerah aliran sungai akan
memberikan jasa berupa pengurangan resiko bencana tanah longsor di daerah
tersebut dan berfungsi sebagai daerah resapan air. Pada kenyataannya beberapa
hal seperti pertumbuhan penduduk, kemiskinan, budaya konsumerisme, pengembangan
pertanian intensif, industrialisasi, urbanisasi, pengembangan infrastruktur
transportasi, dan pengembangan pariwisata yang semuanya terkait dengan aspek
sosial-ekonomi yang dilakukan oleh manusia menyebabkan kerusakan lingkungan dan
ketidakseimbangan ekosistem. Ketika kerusakan lingkungan meluas dan ekosistem
sudah tidak lagi seimbang, maka bencana pun tak terelakkan, dan yang paling
menderita adalah manusia. Oleh karena itu, seharusnya kegiatan pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas harus diimbangi dengan upaya
menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem agar bencana dapat
dikurangi.
IV.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
umumnya ekosistem memiliki 2 jenis, yaitu
ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kelestarian
lingkungan dan keseimbangan ekosistem dapat dijaga, dan bencana yang terjadi
dapat dikurangi, jika semua pemangku kepentingan bersama-sama berupaya untuk
melestarikan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem yang diawali dengan
kesadaran diri sendiri. Pemangku kepentingan dalam hal ini adalah masyarakat
luas antara lain penduduk, pemerintah, pemuka agama, industri, perguruan
tinggi, sekolah, aparat penegak hukum, dan lembaga swadaya masyarakat.
SARAN
Bagi para
pembaca, diharapkan untuk dapat menjaga keseimbangan ekosistem dengan
berperilaku hidup bersih dan sehat yang diawali dari diri sendiri dan
lingkungan sekitar, yang pada akhirnya dapat memberi pengaruh baik pada
masyarakat, bangsa dan Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar